Paskah 2019 kemarin terbilang unik, saya menjabat sebagai koordinator acara yang untuk pertama kalinya menggawangi liturgi Paskah. Tahu apa yang menarik? Ternyata bagi Gereja yang terbiasa menggunakan liturgi dalam tata ibadahnya, penggunaan liturgi dapat sekaligus menggantikan peran petunjuk pelaksanaan ataupun rundown acara. Lebih efektif dan efisien, karena semua yang dilakukan, termasuk kata-kata yang harus diucapkan, tertera di sana.
Selain lebih sederhana, pengaturan liturgi dalam keberlangsungan ibadah ternyata jauh lebih mengena ketimbang sekadar membuat tayangan atau ornamen ibadah lain seperti dekorasi. Ketika bidang acara masuk dalam pengaturan liturgi, setiap pesan dan keinginan dapat langsung tersalurkan secara riil bin langsung, tidak perlu titip pesan ke pendeta, majelis jemaat, ataupun perangkat ibadah lainnya. Justru perangkat tersebut yang akan dikoordinasi melalui liturgi.
Dalam kesempatan ini, saya ingin membagikan hasil liturgi dari Tim Panitia Paskah GKI Pasteur 2019, karena ini adalah hasil kerja bersama. Siapa tahu variasi yang sudah kami buat dapat diaplikasikan di jemaat lain ataupun menginspirasi para pengunduh untuk bisa dikembangkan dan disesuaikan dengan konteks Gereja masing-masing.
Sebagai catatan, untuk liturgi Pra-Paskah ke-4 tidak tersedia karena waktu itu yang buat monopoli Pak Pendeta saya karena panitia sudah mulai sibuk-sibuk menyiapkan triduum atau tri-hari suci (Kamis Putih, Jumat Agung, dan Sabtu Sunyi). Akhir kata, semoga bermanfaat! 🙂